JURNAL LABUAN BAJO| LABUAN BAJO – Jangan lelah berbuat baik. Iman diwujudkan dalam perbuatan nyata, bukan hanya omong omong saja.
Semua yang saya lakukan wujudnyata dari dorongan iman. Ia lebih dulu sudah menyatakan perbuatan baiknya. Ia berkeliling dengan jalan kaki dari satu kampung ke kampung lainnya di tanah Yudea dengan mendamaikan yang bertikai, menyembuhkan yang derita sakit. Ia datang ke dunia untuk menyelamatkan jiwa jiwa yang sakit. Ia berkarya secara sukarela. Tidak mendapatkan upah berupa harta duniawi.
PewartaanNya tidak pernah tergoyahkan oleh berbagai macam kepentingan. Sang Sabda selalu hidup dan nyata di tengah tengah umat manusia.
Saya mendalami caraNya berkeliling sambil mewartakan keselamatan, sebab Ia adalah awal dan akhir dari keselamatan. Ia Sang Penyelamat.
Saya bertanggung jawab kepada iman untuk berbuat baik demi tujuan keselamatan. Entahlah, Ia mengetahui seluruh kehidupan saya yang rapuh. Rapuh dalam segala hal.
Tapi, saya percaya bahwa iman itu tidak rapuh. Iman selalu hidup melalui berbagai perbuatan baik bagi orang orang yang disisihkan, dipinggirkan, terbuang, menderita sakit, miskin. Ia selalu hadir dalam diri manusia yang saling melayani manusia lain yang sedang menderita sakit.
Kembali di awal 2023, relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Sehat Jiwa bergerak dengan sukarela untuk mengangkat dan memulihkan martabat manusia yang sedang menderita gangguan jiwa.
Kampung Waebouk, Manggarai Timur Jejak Telapak Kaki Pertama di 2023.
Kamis, (12/1/2023), saya bersama anggota relawan KKI Peduli Sehat Jiwa Manggarai Timur ditengah hujan lebat bergerak selangkah demi selangkah untuk menolong pemulihan satu sahabat yang derita gangguan jiwa dipasung. Pasien bernama Paulus Jaghang. Ia dipasung di satu ruangan sempit di dalam rumah keluarganya.
Paulus Jeghang dipasung untuk kedua kali, setelah sebelumnya pulih. Ia pernah dirawat di Panti Rehabilitasi Renceng Mose Ruteng 2017 lalu. Kurang lebih selama 5 bulan, ia dirawat jiwanya yang sakit dan dinyatakan pulih.
Awal Desember 2017, pihak Panti menghantar pulang ke tengah keluarganya karena dinyatakan pulih. Kurang lebih setahun ia pulih dan beraktivitas seperti biasanya. Bekerja di kebun untuk memetik buah kakao milik keluarganya.
Paulus Jeghang rajin beribadah pada hari Minggu dengan berjalan kaki dari Kampung Waebouk, Kelurahan Rongga Koe menuju tempat ibadah di Paroki Waerana dengan jarak kurang lebih 3-4 kilometer. Ia rutin minum obat. Sekitar pertengahan 2019 lalu, ia kambuh lagi dan kembali dipasung oleh keluarganya di ruangan sumpek, tak bercahaya, penggap.
Selama dipasung untuk kedua kalinya, ia dirawat oleh saudarinya, bernama Siska serta tantanya, Lusia, yang sudah usia lanjut atau lanjut usia (Lansia).